ENAMPAGI - Apakah sobat Enampagi.id pernah mendengar kalimat atau perlakuan seperti ini, “Kamu kan pria, jangan menangis dong” atau kalimat “Kalau laki-laki itu nggak boleh menangis” atau bahkan kamu sendiri yang mengalaminya?
Jika kamu pernah mendengar atau mendapatkan perlakuan tersebut, maka ini sudah termasuk ke dalam toxic masculinity, loh sobat.
Lantas, apa sih toxic masculinity itu?
Toxic masculinity merupakan suatu pemikiran yang beredar bebas di masyarakat maupun lingkungan sosial, yang mana dikaitkan dengan nilai-nilai yang harus ada pada pribadi seorang laki-laki.
Baca Juga: Wisata Kuliner Yogyakarta: 6 Rekomendasi Gudeg Jogja yang Wajib Dicoba
Biasanya nilai-nilai ini dikaitkan dari segi sifat, fisik, pemikiran, maupun tingkah laku dari seorang laki-laki. Misalnya, ia harus menunjukkan kekuatannya, kekuasaannya, dan pantang mengekspresikan emosinya.
Namun, ironisnya, justru pemikiran ini ditanamkan pada laki-laki sejak ia masih kecil oleh keluarga ataupun orang terdekat di sekitarnya, sehingga tertanam di alam bawah sadar sampai dewasa nanti.
Sebenarnya, maskulin itu merupakan karakteristik yang baik, tapi ini menjadi sebuah toxic atau salah, saat ada sebuah tuntutan kalau laki-laki itu harus menunjukkan maskulinitasnya demi menghindari stigma ‘laki-laki yang lemah’.
Baca Juga: Lirik lagu ‘Rumah yang Baru’ – Mawar de Jongh x Adikara Fardy x Dee Lestari, OST buku ‘Rapijali’
Padahal, laki-laki juga tak selamanya bersifat wibawa, tangguh atau karakteristik jantan lainnya. Bisa saja dia memiliki sifat yang lembut, gentle, ramah, atau bahkan sensitif. Hal ini bukanlah sesuatu yang salah pada laki-laki.
Jika toxic masculinity ini dibiarkan saja, dampaknya bisa sampai memengaruhi mental seorang laki-laki, loh sobat Enampagi.id, seperti beberapa hal berikut ini:
1. Merasa kuat dan bisa menindas perempuan atau orang yang lebih lemah
Baca Juga: Lirik lagu ‘Rumah yang Baru’ – Mawar de Jongh x Adikara Fardy x Dee Lestari, OST buku ‘Rapijali’
Biasanya memiliki anggapan bahwa gender laki-laki adalah di atas segalanya, dan ketika melakukan tindakan, cenderung dirinya merasa benar, sebab ia adalah seorang laki-laki.
Sehingga biasanya yang terkena imbas dari tindakannya adalah anak kecil, seseorang yang lebih muda dari dirinya, atau bahkan orang yang bergender perempuan.
2. Bersikap superior dengan menanggung beban sendiri
Baca Juga: Kunci Gitar dan Lirik Guruku Tersayang - Melly Goeslaw yang Pas Untuk Peringatan Hari Guru Nasional
Menurutnya, semua masalah harus diselesaikan sendiri, sekalipun persoalan yang sifatnya bahaya.
Hal ini cenderung membuat laki-laki itu menjadi memendam permasalahannya sendiri dan malu untuk bercerita.
Padahal, nggak ada salahnya kalau bercerita ke orang lain atau orang yang dipercayainya. Siapa tau menemukan solusi atau jalan keluarnya atas masalah yang dihadapinya.
Baca Juga: Ganda Putra Indonesia, Pramudya – Yeremia, Dampingi Kevin – Marcus di BWF World Tour Finals 2021
3. Dituntut untuk menahan emosi hingga menyebabkan setres bahkan depresi
Tak seperti perempuan yang bebas mengekspresikan emosinya, justru laki-laki harus dituntut untuk menahannya, karena hal itu dianggap ‘feminim’ yang tak seharusnya dilakukan laki-laki.
Dampaknya tentu saja mentalnya menjadi tertekan, karena ia harus memendam semua emosinya sendirian. Bahkan saat sedih dan kecewa, laki-laki tak dibolehkan untuk menangis.
Baca Juga: Lowongan Pekerjaan Bulan November 2021 : PT Indoseiki Metalutama Tangerang
4. Sangat dominan hingga membuat hubungan tidak sehat
Dampak dari toxic masculinity ini bisa menjadikan laki-laki itu seorang yang dominan. Karena ia merasa kalau bisa mengendalikan sekitarnya.
Bahkan jika sifat dominannya itu sudah kelewat batas, maka akan membahayakan orang di sekitarnya, terutama pasangan hidupnya.
Dampak lainnya juga bisa membuat hubungan antara laki-laki tersebut dengan orang lain atau pasangannya menjadi tidak sehat. Karena ia merasa berkuasa penuh di dalam suatu hubungan.
Baca Juga: Lirik Lagu 'To Be Loved' dinyanyikan oleh Adele Selama 6 Menit
5. Menetapkan standar yang terlalu tinggi pada dirinya sendiri
Jika toxic masculinity ini dibiarkan, maka akan membuat laki-laki menerapkan standar yang terlalu tinggi pada dirinya sendiri.
Salah satu ciri toxic masculinity adalah adanya ketentuan bahwa laki-laki itu harus di atas segalanya, sempurna, sukses, dan intinya harus menunjukkan kalau dirinya itu hebat.
Baca Juga: Park Shin Hye dan Choi Tae Joon Menikah, Netizen: Dia yang Ngaku Sahabatnya Jung Joon Yeong, kan?
Hal ini kesannya memaksakan diri sendiri demi harga dirinya sebagai laki-laki, agar diakui kehebatannya oleh orang lain.
Demikianlah tentang toxic masculinity dan dampaknya, sehingga memengaruhi mental pada laki-laki. Semoga bermanfaat, dan silakan share artikel ini, agar manfaatnya dapat dirasakan oleh banyak orang. ***
Artikel Terkait
Mengenal Karakteristik Seorang Sagitarius si Pemanah
Wajib Tahu! 6 Makanan yang Dapat Membantu Perbaiki Kualitas Tidur agar Terhindar dari Insomnia
7 Tips yang Perlu Dipersiapkan untuk Kamu yang Konsultasi ke Psikolog
Lakukan 8 Kebiasaan Ini! Demi Kesehatan Mental Kamu
7 Kata ini Bisa Melawan Rasa Insecure Kamu
5 Tanda Kamu Sebenarnya Sedang Butuh Dukungan Mental