Yuk Simak! Film Avatar : The Way of Water yang Terinspirasi dari Suku Bajo di Indonesia

- Senin, 26 Desember 2022 | 06:00 WIB
Film Avatar yang terinspirasi dari Suku Bajo di Indonesia (Instagram @avatar)
Film Avatar yang terinspirasi dari Suku Bajo di Indonesia (Instagram @avatar)

ENAMPAGI – Sekuel kedua dari film Avatar yang berjudul Avatar : The Way of Water ini tayang pada 14 Desember 2022 di Indonesia serta terinspirasi dari Suku Bajo di Indonesia.

Film Avatar: The Way of Water dan Suku Bajo di Indonesia ini juga sedang hangat-hangatnya dibicarakan.

Tak disangka jika film Avatar ini memiliki visualisasi yang apik dan cimatografi keren juga mirip dengan Suku Bajo di Indonesia.

Diketahui bahwa Avatar : The Way of Water yang sedang ramai di mesin pencarian Google ini karena sang sutradara James Cameron.

Baca Juga: Sinopsis Film Home Alone yang Selalu Menjadi Tayangan Favorit Saat Natal Tiba

Yang terinspirasi dari salah satu suku laut nomaden di Indonesia yakni Suku Bajo. Suku Bajo adalah salah satu suku yang tersebar di beberapa provinsi di Indonesia.

Seperti di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Gorontalo, dan Maluku. Suku Bajo merupakan suku yang terkenal dengan kemampuan mereka dalam melaut.

Tak hanya itu, suku yang satu ini bisa menahan napas sekitar kurang lebih 13 menit lamanya Ketika menyelam. 

Salah satu suku yang paling sering terlibat dalam kegiatan perdagangan laut juga dikenal memiliki kebiasaan tinggal diatas air atau di dekat air.

Baca Juga: Destinasi Wisata Pulau Siladen, Surga yang Tersembunyi di Teluk Manado Sulawesi Utara

Seperti di pulau-pulau kecil atau di tepi pantai. Hal ini menunjukkan bahwa suku ini sangat terikat dengan laut dan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan laut.

Suku Bajo ini menginspirasi Klan Metkayina di film Avatar : The Way of Water, rumah tinggal dari Klan yang satu ini pun dibuat sedemikian rupa mirip dengan aslinya. 

Beda dengan kepercayaan dari Klan Metkayina, Suku Bajo percaya akan terumbu karang, jika melihat terumbu karang yang rusak maka dipastikan bahwa tidak ada ikan lagi.

Hal ini juga sekaligus menjelaskan masalah tentang konservasi, yang dimana pada tahun 2006 Suku Bajo membuat kesepakatan dengan tujuan melindungi kawasan konservasi “tuba dikatutuang”. 

Halaman:

Editor: Bellinda Putri Hidayat

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X