lifestyle

Mengenal Kepulauan Cocos, Darah Daging Indonesia yang ‘Terlewatkan’

Sabtu, 15 Januari 2022 | 20:00 WIB
Ilustrasi Kepualuan Cocos (Pexels.com/Pixabay)

Sedangkan di Home Island, sebagian besar penduduknya adalah campuran orang Melayu dan Jawa, sehingga bahasa yang digunakan adalah bahasa Melayu.

Bahasa Melayu dan Bahasa Inggris lah yang akhirnya digunakan oleh masyarakat setempat sebagai bahasa resmi dari Kepulauan Cocos.

Baca Juga: Sinopsis Film Netflix ‘Penyalin Cahaya’, Angkat Isu Kekerasan Seksual di Kampus

Dalam logo kepulauan mereka, terdapat tulisan yang diambil dari bahasa Melayu “Maju Pulu Kita”, yang jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia artinya adalah maju pulau kita.

Di kepulauan tersebut ada pula tradisi kesenian dan warisan khas Indonesia, yaitu wayang dan batik.

Bahkan, di Kepulauan Cocos terdapat sebuah musium yang berisi peninggalan-peninggalan bersejarah milik negara.

Baca Juga: Sinopsis Drama ‘Layangan Putus’ Episode 9A, Kinan Menuntut Aris Meminta Maaf

Wayang di kepulauan tersebut dibuat dari bahan kulit ikan hiu yang sudah kering.

Dalang terakhir yang mementaskan wayang di Kepulauan Cocos bernama Mbah Itjang, yang wafat pada tahun 1949.

Kesenian wayang kulit di Kepulauan Cocos diadopsi menjadi sebuah gambar dalam perangko nasional Australia.

Baca Juga: Update Klasemen BRI Liga 1 2021-2022 Hingga Pekan ke-19

Selain wayang, ada juga batik, yang di kepulauan tersebut hanya digunakan pada saat pernikahan.

Kesenian khas Indonesia yang ada di Kepulauan Cocos tak lepas dari para keturunan Jawa yang menjadi penghuni di pulau tersebut.

Dari segi hiburan di media elektronik pula, siaran televisi di pulau ini pun sama dengan di Indonesia.

Baca Juga: Hasil Lengkap Pertandingan Pekan ke-19 BRI Liga 1 2021-2022

Halaman:

Tags

Terkini

Eksplorasi Lima Destinasi Seru di Puncak Bogor!

Rabu, 24 April 2024 | 04:57 WIB