Larangan Penggunaan Obat Sirup, Ini Penyebab dan Faktor Menurut dr. Gerry Adrian Wiryanto

- Sabtu, 22 Oktober 2022 | 22:00 WIB
dr. Gerry menjelaskan tentang larangan penggunaan obat sirup di channel youtubenya, Dr. Gerry & Miche. (Tangkapan Layar Youtube / Dr. Gerry & Miche )
dr. Gerry menjelaskan tentang larangan penggunaan obat sirup di channel youtubenya, Dr. Gerry & Miche. (Tangkapan Layar Youtube / Dr. Gerry & Miche )

Dalam hal ini, dosis untuk paracetamol atau yang sedang dibicarakan ini untuk jenis sirup adalah obat yang paling sering digunakan oleh dokter-dokter yang ada di Indonesia.

Jadi, kemungkinan untuk dokter memberikan dosis obat paracetamol yang salah sangatlah kecil.

Kemudian, kasus yang menimpa banyak korban tersebut juga ditangani oleh dokter yang berbeda-beda. Maka, tidak mungkin disebabkan oleh seorang dokter.

Namun, bisa saja terjadi jika beberapa dokter yang menangani korban tersebut memberi resep obat yang sama dan ternyata obatnya tercemar yang mengakibatkan korban-korban itu meninggal.

Baca Juga: Ini Rata-Rata Gaji Pekerja IT di Indonesia, Punya Keahlian IT? Cek Pekerjaan di Bidang IT dan Nominal Gajinya

2. Pengasuh atau Orang Tua Salah Memberikan Dosis Obat

Kemungkinan kedua, bisa saja jika pengasuh atau orang tuanya yang salah memberikan dosis obat.

Sebagai contoh, dokternya mengatakan bahwa obatnya cukup beberapa mili saja. Tetapi mungkin ada orang tua atau pengasuh yang merasa bahwa tidak cukup karena sakit pada anaknya masih naik-turun naik-turun.

Kemudian dengan ketidaktahuannya, pengasuh atau orang tua tersebut menambahkan dosis lebih dari yang diresepkan dokter.

Namun, mungkin tidak ada orang tua yang seberani itu atau setidaknya akan bertanya terlebih dahulu ke dokter.

Jadi, kemungkinan ini juga kecil. Namun, tetap bisa dikatakan sebagai salah satu faktor terjadinya kasus seperti ini.

Baca Juga: Kiky Saputri Gelar Lamaran Dengan Khairi Dihari Ulang Tahunnya Kenal 4 Bulan Langsung Gercep

3. Pihak Farmasinya yang Nakal

Faktor ketiga, mungkin dari farmasinya yang nakal. Sebagai contoh, DEGnya misalnya hanya boleh 1, namun dibikin menjadi 1,5 atau 2.

Tujuannya untuk supaya memperpanjang masa kadaluarsa dan mencegah kerusakan yang lebih cepat, atau mungkin juga dari sisi produksi harga obatnya lebih murah.

Halaman:

Editor: Eko Pradesa Subekti

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Eksplorasi Lima Destinasi Seru di Puncak Bogor!

Rabu, 24 April 2024 | 04:57 WIB
X