The Act of Killing: The Act of Pasukan Kodok, Pasukan Pembantai Peristiwa G30S PKI di Medan

- Kamis, 30 September 2021 | 15:00 WIB
Anwar Congo (kanan) sedang dirias untuk salah satu adegan film The Act of Killing (Laman resmi The Act of Killing/theactofkilling.com)
Anwar Congo (kanan) sedang dirias untuk salah satu adegan film The Act of Killing (Laman resmi The Act of Killing/theactofkilling.com)

ENAMPAGI - Siapa sangka, wawancaranya dengan para buruh tani sawit di Mata Pao, Serdang Bedagai, Sumatera Utara, mempertemukan dirinya dengan seorang jagal era kelam Indonesia yang dikenal dan dikenang dengan nama G30S/PKI.

Joshua Oppenheimer, seorang sutradara, juga produser film pendek kelahiran Texas 1974, sedang berada di Sumatera kala itu (2001) untuk merampungkan film pendeknya yang berkisah tentang kehidupan para buruh perkebunan sawit.

Sebuah percakapan bersama salah seorang buruh tani tersebut membuatnya kembali ke Indonesia—ia kembali ke Inggris setelah merampungkan syuting dokumenter buruh tani—dan kemudian mengantarkannya kepada seorang Anwar Congo.

Anwar Congo, yang masa itu merupakan seorang preman Bioskop Medan yang juga seorang algojo pembantaian PKI pada tahun 1965-1966.

Baca Juga: Hasil Liga Champions : Gol Semata Wayang Federico Chiesa Mampu Menangkan Juventus Saat Menjamu Chelsea

Sebelum bertemu dengan Anwar, Oppenheimer terlebih dulu mendokumentasikan kesaksian pembantaian dari sebuah "diary" milik Amir Hasan.

Embun Berdarah, sebuah stensilan (hasil rekam atau cetak menggunakan mesin stensil) karya Amir yang berisikan pengalamannya juga rekan sesama algojo lainnya dalam membasmi simpatisan-simpatisan PKI di Medan dan sekitarnya.

Dari sinilah, sang sutradara berkenalan dengan Anwar Congo yang menjadi pemeran utama dalam film fenomenal nan kontrovesional miliknya, "The Act of Killing".

Baca Juga: Belitung, Bukan Hanya Pantai, Destinasi Lainnya Tidak Kalah Menarik Untuk Dikunjungi

"The Act of Killing" a.k.a "Jagal"

Merupakan sebuah film dokumenter yang memutar reka ulang kekerasan-kekerasan hingga pembunuhan paling berdarah di Indonesia oleh para pelakunya di wilayah Medan, G30S/PKI.

Anwar Congo, sebagai pusat cerita film yang berdurasi 117 menit (versi pertama) ini, bersama kawan-kawannya memperagakan ulang kekerasan yang mereka lakukan kepada orang-orang yang dicurigai sebagai "fans" PKI.

Baca Juga: Andre Taulany Bersama Club Motornya Prediksi, Siap Touring ke Bandung!

Seret, tampar, pukul, tendang, tusuk, hingga tebas, semua dipraktekan kembali oleh Anwar dan pasukannya dalam film ini.

Halaman:

Editor: Tasya Nandynanti Demautami

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

X