Dejavu, Di Kampus ISI Jogja Kala Itu

- Minggu, 22 Oktober 2023 | 10:20 WIB
Kampus, Jogja dan Kenangan (Tangkapan Layar Laman www.fsr.isi.ac.id)
Kampus, Jogja dan Kenangan (Tangkapan Layar Laman www.fsr.isi.ac.id)

ENAMPAGI – Mungkin lagu yang cocok untuk cerita pengiringnya adalah november rain. Ini cerita belasan tahun lalu. Tak terungkap tidak masalah, namun akhirnya lebih baik diketahui.

Lebih tepatnya cerita milik saya dan teman saya sebut saja ‘K’. Dialah teman putri suporter terbaik saya (saat dulu) saat segalanya demikian mudah, penuh kegembiraan, derai tawa bebas dan ketika bus atau transportasi besar bisa begitu bebas.

Itu cerita dulu. Belum terlampau banyak kendaraan kecil atau sepeda motor yang menghambur begitu saja. Seperti kupu-kupu beterbangan.

Saya ajak dia, untuk melihat kembali ‘kenangan suram’, karena dulu saya sangat berharap diterima di ISI (Institut Seni Yogyakarta) DI. Itu impian.

Baca Juga: KEREN !! Ini Dia 10 Smartphone Terbaru Rilis di Bulan Oktober 2023!!

Sebagai remaja usia belasan tentu bermimpi tinggi hal yang biasa, bahkan itu lumrah tatkala saat itu. Sayapun demikian juga, sama, seperti teman-teman seusia lainnya.

Tak ada tekanan, tak ada unsur meniru, bahkan sejak lama saya sudah mengumpulkan uang sejak masih awal di sekolah menengah atas. Itu mungkin tidak lumrah untuk anak-anak kala itu, tapi saya melakukannya.

Akhirnya saat waktunya tiba, saya daftar, dan gagal. Saya berhasil juga masuk universitas lain. Tahun berlalu, saya teringat kembali setelah tahun-tahun berlalu.

Saya ajak teman ‘K’ itu, tapi dia menolak. Ternyata kakaknya bersedia. Namun di detik terakhir akhirnya ‘K’ yang mengantar. Perjalanan lancar, kita agak ngeblank sedikit dengan situasi saat itu. Saya hanya mengandalkan insting dan ingatan, walaupun agak tersesat sedikit. Akhirnya sampailah.

Baca Juga: FKJR Berdiri Barisan Paling Depan untuk Keamanan dan Ketertiban Pesta Demokrasi 2024 Mendatang

Entah kenapa saya memilih ISI Yogya, kampus lama yang kita berdua kunjungi. Karena saya terus memikirkannya, saya ingin melunasinya agar bisa sampai di sana.

‘Kamu serius, mau masuk,’ tanyanya agak ragu-ragu setelah melihat rupa dan bentuk kampus itu sekarang. Gerbang sudah tak beraturan, tumbuhan liar tinggi, semak-semak di sana sini bahkan juluran tanaman merambat semakin menyempurnakan tampilan. Saya melihat sekilas, ragu. Tapi kalau sudah sampai sini kenapa tidak.

‘Iya, masuk,’ kata saya melangkah. Teman saya terbirit-birit di belakang saya. ‘Berhenti dulu, di situ,’ tunjuknya, di bawah pohon.

Lalu dari luar, ada bapak-bapak yang memanggil dan memberi tahu kami,memberi peringatan jangan masuk kesana ya, ucapnya. Katanya, pernah ada orang yang hilang.

Halaman:

Editor: Sundari

Sumber: Sumber Pribadi Nugraheni Eri Aryani

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Perempuan, Pemikiran, dan Merasa Terpuji

Minggu, 22 Oktober 2023 | 10:35 WIB

Dejavu, Di Kampus ISI Jogja Kala Itu

Minggu, 22 Oktober 2023 | 10:20 WIB

4 Kampus Swasta Terbaik yang Ada di Indonesia

Rabu, 5 Juli 2023 | 07:52 WIB
X