Naskah Khutbah Jumat: Mengenal Sifat Wali Allah

- Rabu, 30 Maret 2022 | 18:37 WIB
Khutbah Jumat: Mengenal Sifat Wali Allah  Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-mengenal-sifat-wali-allah-Z2u5p (Nu.or.id)
Khutbah Jumat: Mengenal Sifat Wali Allah Sumber: https://islam.nu.or.id/khutbah/khutbah-jumat-mengenal-sifat-wali-allah-Z2u5p (Nu.or.id)

Imam Ahmad ar-Rifa’i, pendiri tarekat Rifa’iyyah berkata:

مَا اتَّخَذَ اللهُ وَلِيًّا جَاهِلًا، الوَلِيُّ لاَ يَكُوْنُ جَاهِلًا فِي فِقْهِ دِيْنِهِ

“Allah tidak mengangkat seorang wali yang bodoh. Seorang wali tidak akan bodoh tentang ajaran agamanya” (Al-Imam Ahmad ar-Rifa’i, Maqalat min al-Burhan al-Muayyad, hal. 52)

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Oleh karena itulah, seorang wali selalu berpegang teguh dengan syariat sepanjang hayat. Imam Ibnu ‘Arabi, seorang wali yang sangat masyhur mengatakan:

مَنْ أَرَادَ أَنْ لاَ يَضِلَّ فَلاَ يَرْمِ مِيْزَانَ الشَّرِيْعَةِ مِنْ يَدِهِ طَرْفَةَ عَيْنٍ بَلْ يَسْتَصْحِبُهَا لَيْلَ نَهَارَ عِنْدَ كُلِّ قَوْلٍ وَفِعْلٍ وَاعْتِقَادٍ

“Barang siapa yang tidak ingin tersesat maka janganlah ia membuang timbangan syari’at dari tangannya sekejap mata pun, hendaklah ia selalu membawanya siang malam di setiap perkataan, perbuatan, dan keyakinan” (Abdul Wahhab asy-Sya’rani, Latha-if al-Minan Wa al-Akhlaq, hal. 390-391)

Hadirin jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Selain melakukan semua kewajiban dan menjauhi semua yang diharamkan, ciri seorang wali juga adalah istiqamah melakukan perkara sunnah walaupun hanya satu jenis kesunnahan. Jadi kewalian adalah derajat di atas ketakwaan. Jika takwa adalah melakukan semua kewajiban dan menjauhi semua yang diharamkan, maka wali lebih dari itu. Ia juga secara istiqamah melakukan perkara sunnah.

Di antara ciri wali adalah meninggalkan sebagian perkara yang mubah karena khawatir terjatuh ke dalam perkara yang haram.

Bermewah-mewahan dengan menggunakan harta yang halal adalah perkara yang mubah.

Tapi kenapa para wali tidak ada yang melakukannya? Karena mereka tahu, hal itu lama kelamaan akan menjerumuskan kepada perkara yang haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لَا يَبْلُغُ الْعَبْدُ أَنْ يَكُوْنَ مِنَ الْـمُـتَّقِيْنَ حَتَّى يَدَعَ مَا لَا بَأْسَ بِهِ حَذَرًا مِمَّا بِهِ بَأْسٌ (رواه الترمذي والحاكم وابن ماجه)

Maknanya: “Tidaklah seorang hamba mencapai derajat takwa sehingga ia tinggalkan sebagian yang mubah karena khawatir terjatuh kedalam perkara yang haram” (HR at Tirmidzi, al-Hakim dan Ibnu Majah).

Hadirin,

Halaman:

Editor: Pamela Apriliana

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Perempuan, Pemikiran, dan Merasa Terpuji

Minggu, 22 Oktober 2023 | 10:35 WIB

Dejavu, Di Kampus ISI Jogja Kala Itu

Minggu, 22 Oktober 2023 | 10:20 WIB

4 Kampus Swasta Terbaik yang Ada di Indonesia

Rabu, 5 Juli 2023 | 07:52 WIB
X