Lagi-lagi Baper! Coba Buka Hati dan Pikir Kembali Apa Bullying Itu, Ini PR Ya

Namun dalam pembelajaran di sekolah adalah suatu proses yang kompleks, sehingga perlu pendekatan yang tepat agar tercipta pembelajaran yang baik dan efektif. Untuk proses tersebut dibutuhkan penghargaan dan hukuman.

Terlebih yang mengikuti pembelajaran itu seringkali terlalu homogen atau beragam latar, sosial, kemampuan, perilaku dan sifat dan banyak lainnya.

Baca Juga: 3 Anak Orang Terkaya di Indonesia yang Orang Tuanya Memiliki Kekayaan Sampai Puluhan Triliun Rupiah

Namun anggaplah, berpikir bersih dan positif saja, apa jika terjadi kesalahan perilaku, seorang pendidik atau sekolah akan membiarkannya, terlebih membenarkan itu sudah menjadi kewajiban pendidik.

Pendidik itu memang bukan orang tua, mereka hanya orang tua di sekolah.

Di sekolah juga terdapat standar-standar mutu tertentu yang mendukung bagaimana seharusnya seorang anak didik, dan itu harus bisa dicapai siswa.

Baca Juga: Mengaku Usahanya Hancur Karena Review Tasyi, Ini Respon Pemilik Usaha Pisang Nugget : Saya Sakit Hati

Jika belum, maka anak didiknya akan terus dibuat mampu sampai bisa. Karena sekolah itu institusi formal.

Oleh sebab itu karena orang tua tidak bisa atau kurang mampu mendidik sesuai standar mutu tertentu, maka dititipkanlah putra-putrinya ke sekolah. Itupun artinya orang tua sudah percaya.

Memang dilematis dan seakan tidak etis juga jika semua hal yang menyinggung dianggap bullying atau kekerasan, untuk itulah perlunya kepekaan hati dan buka diri dengan berbagai pengetahuan sebanyak-banyaknya.

Lihatlah berbagai hal secara lebih beragam lagi. Karena dengan semakin beragam justru akan semakin terlihat apa sebenarnya apa yang terjadi.

Saat ini yang perlu dipahami, seandainya masih ada kepedulian dari pendidik terhadap anak didiknya itu yang terbaik, karena sekolah atau lembaga pendidikan itu tidak hanya transfer ilmu pelajaran saja seharusnya lebih dari itu.***